miki-nachos
5 min readFeb 3, 2021

Cobra Kai: Spin-off Terbaik dalam Dunia Adu Jotos

Bagi kalian generasi boomer ataupun millenial mungkin familiar sama seri pertama Karate Kid sebelum di reboot ulang versi Jaden Smith dan Jackie Chen. Seri Karate Kid jaman dulu, tahun 1984 mengisahkan cerita tentang anak remaja (Daniel Larusso) yang dibully (Johnny Lawrence) karena disangka ngerebut pacarnya (Ali) dan memutuskan untuk nekunin dunia Karate berkat bantuan Mentor (Mr. Miyagi), berujung dengan duel di Final All Valley Tournament walaupun sempat dicurangi sama mentor Cobra Kai (John Kreese).

(cr: imdb)

Dari Youtube Premium — ke Youtube Red — Dan bermutasi ke Netflix. 30 tahun kemudian, hadirlah season pertama yang rilis tahun 2018 berjudul ‘Cobra Kai’ yang ngasih point of view berbeda, yaitu ngangkat kisah utama dari Johnny Lawrence yang tumbuh sebagai pribadi yang kurang lebih masih sama kayak dulu, tapi berbeda dari Daniel yang punya kehidupan ‘sempurna’. Johnny pisah sama pasangannya ketika dia nggak siap jadi Bapak. Meanwhile, Daniel lengkap dengan keluarga bahagia dan dealer yang jadi nomor 1 di wilayah Valley. Flip the script!

(cr: youtube red)

Dari Youtube Premium — ke Youtube Red — Dan bermutasi ke Netflix. Persaingan generasi 1984 ini dipertemukan kembali setelah Johnny ketemu Miguel Diaz — anak tetangga yang dibully — dan mutusin untuk buka lagi Cobra Kai, serta Daniel yang juga buka Miyagi-do. Bukan cuma itu, duel antar generasi gen-z juga tercipta atas rivalitas Bapak-bapak ini. Murid Cobra Kai dan Murid Miyagi-do.

When you think, it’s all about Karate Kid 1984, you’re definitely wrong.

Heck, even when you think it’s just all about ‘Karate’, you couldn’t be more wrong.

(cr: imdb)

Niat awal Cobra Kai adalah untuk jadi ranah Nostalgia bagi mereka yang ngikutin Karate Kid tahun 1984 dan sequelnya di 1986. Penggagas ide awal dari Josh Heald, Jon Hurwitz dan Hayden Schlossberg yang kemudian ngajak Ralph Machio dan William Zabka untuk ikut memproduksi film Karate Kid jadi rangkaian series. Dari yang awalnya bingung mau dibikin berapa durasi, sampe akhirnya disusun jadi 10 episode dan total 5 jam per season dengan minimal 30 menitan.

Walaupun ini ngambil dari cerita Johnny Lawrence di masa kini, Ralph nekenin bahwa kudu ada unsur dan aspek ajaran dari Miyagi-do kalo mau libatin Daniel, karena itu yang jadi trademark utama dalam franchise Karate Kid. Aaaand fun fact, kalo ada yang wondering kenapa bisa belum denger ‘Cobra Kai’ eksis di dunia perseriesan, karena awalnya series ini muncul di Youtube Red. Setelah bertransmigrasi ke Netflix, series dengan genre comedy martial art ini menuai kritik bagus dari para kritikus film, dengan rating 8,6/10 di IMDB dan 92% di Rotten Tomattoes, dan meraih 73 juta penonton dari total 3 season yang udah dirilis. Boooom.

Nostalgia

Banyaknya adegan yang di recall dari film ke runtutan series ini bikin penonton bisa bernostalgia.

(cr: imdb)

Walaupun gue baru nonton film edisi 1984 seminggu yang lalu, masih valid rasanya untuk bilang kalo, series ini berhasil memberi sensasi yang berbeda tapi tetep sama, dari adaptasi filmnya. Referensi adegan ataupun kutipan yang muncul bikin mikir sendiri ‘Oh, yang ini tuh!’ atau ‘Haha, masih aja begini’. Fan service-nya juga gak nanggung, sekalian bawa cameo dari sekuel Karate Kid edisi 1986. Meski agak keganggu dengan beberapa flashback yang muncul, tapi keseringan emang diberikan for the right amount. Seru juga bikin cocoklogi soal dunia parallel dari dua generasi berbeda yang happens to be punya kemiripan di banyak sisi.

Came for the boomers, stay for the gen-z

Walaupun banyak yang nonton karena pengen tau spin-off kisah Johnny dan rivalitasnya dengan nemesis-nya (Daniel), persaingan ‘Karate Kid Universe’ gak cuma dilengkapi sama mereka aja. Tapi anak-anak mereka yang berasal dari dojo yang berbeda — ikut masang bendera perang.

(cr: imdb)

Sudut padang yang dijadiin acuan juga cukup banyak. Gimana perkembangan Cobra Kai yang dibangkitin sama Johnny, masa lalu yang diceritain oleh Daniel, bahkan Ali (cewek yang direbutin kedua Bapak-bapak ini di masa lalu) yang ikut reunian sama mereka, juga anak murid kedua dojo ini yang punya kisahnya masing-masing.

Badass performance

Adegan adu jotos ini seolah bergantian. Kalo anaknya udah damai, Bapaknya yang sparing, para anak mulai ribut, Bapaknya yang menemukan ilham untuk ngibarin bendera putih.

Antara kedua dojo — Cobra Kai maupun Miyagi-do — banyak grey area yang muter di dalamnya sampe bikin pusing mau dukung mana dan cap siapa yang jahat dan baik, siapa yang paling diam dan mulai provokasi. Kesotoyan gue berkata — kalo penulisnya iseng — adegan berantem ini bisa terjadi bersamaan.

Emotional turmoil

(cr: youtube red)

Walaupun 90% dari series ini gontok-gontokan, tapi kita tetep bisa engage sama masalah personal masing-masing karakter. Martial art yang badass disatuin gak cuma terjadi tanpa alasan. Seringkali kita bisa relate dengan emosi yang disampein karakter lewat gebokan yang bikin idung anak orang retak. Akting generasi muda ini bener-bener jadi atensi utama bagi gue. Nyaris bikin percaya kalo kadang kekerasan adalah jawabannya. Nyaris.

Insanely refreshing, legitimately good, absurdly funny

(cr: youtube red)

Selain dari storyline dan drama perjotosan Rosalinda yang menarik, komedinya juga mampu disampaikan dengan baik. Hampir tanpa skip di semua episode. Rival yang nggak ketemu sekian lama, persaingan anak muda di tengah segitiga romansa, plus perlawanan dari para stereotypical nerd terhadap para pembully-nya berhasil dibalut dengan emosi dan narasi komedi yang pas. It’s corny sometimes, but definitely worth to watch!

Final thoughts, cocok banget ditonton untuk klen yang nyari tontonan ringan tapi tetep ada bumbu pertikaian (?). Gue pribadi nontonin 3 season beruntun in just 3 days. Tapi kalo bisa, jangan seburu-buru itu juga. Karena season 4 masih dalam masa traning dan minimal beres 2022. I can’t wait anymore longer!